Iklan

Sabtu, 01 Februari 2025, Februari 01, 2025 WIB
Last Updated 2025-02-01T05:59:15Z
Bauk BusukDLHPALISampahViral

TPA PALI: Gunungan Sampah, Bau Menyengat, dan Alat Berat Rusak Sejak Sebulan!

Foto: Tumpukan sampah yang menggunung, sampah basah dan kering bercampur menjadi satu sehingga menimbulkan Bauk busuk menyengat.

Trabassinvestigasi.id, PALI – Kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, kian memprihatinkan! Berlokasi di Kelurahan Handayani Mulia, Kecamatan Talang Ubi, TPA ini setiap hari menampung sampah rumah tangga sebanyak tujuh truk.

Namun, bukan hanya sampah yang menumpuk—bau menyengat, air limbah hitam pekat, dan alat berat yang mangkrak membuat tempat ini semakin mengkhawatirkan.

Dari pantauan di lapangan, belum juga tiba di lokasi, sekitar 200 meter sebelum TPA, pemandangan gunungan sampah sudah terlihat berserakan di jalan. 

Bau busuk langsung menyergap, membuat siapa pun yang melintas harus menahan napas. Alih-alih dikelola dengan baik, sampah-sampah ini malah seperti dibiarkan menumpuk tanpa solusi yang jelas.

TPA yang dikabarkan beroperasi sejak 2017 itu, kini hanya mengandalkan satu alat berat yang kondisinya sudah rusak selama sebulan. 

Alhasil, sampah yang masuk setiap hari hanya dibiarkan bertumpuk di area depan jalan cor, nyaris menutup akses keluar-masuk truk pengangkut sampah.

“Kalau sekarang (sampah) di jalan cor, karena posisi alat rusak. Kurang lebih sebulan lah. Kalau alat sudah bagus, sampah ditarik ke ujung,” kata Suprapto, petugas TPA, saat ditemui di lokasi pada Sabtu (1/2/2025).

Dengan luas lahan yang diperkirakan mencapai lebih dari 8 hektare, TPA ini menampung sampah dari dua kecamatan, yakni Talang Ubi dan Tanah Abang. Sampah dari Tanah Abang biasanya datang seminggu dua kali.

Mirisnya, pengelolaan sampah di TPA ini praktis diserahkan kepada para pemulung yang memilah sampah untuk dijual kembali. Di tengah tumpukan sampah, beberapa rumah semi permanen berdiri sebagai tempat tinggal para pemulung yang sehari-hari berjibaku mencari rezeki dari limbah kota.

Kasim, salah seorang pemulung, mengaku pendapatan dari memilah sampah sangat tidak menentu.

“Tidak menentu. Kadang Rp150 ribu, kadang Rp100 ribu,” katanya sambil menyebut bahwa selain memulung, ia juga bekerja sebagai penyadap karet.

Lebih ironis lagi, berdasarkan data dari sipsn.menlhk.go.id, timbunan sampah di Kabupaten PALI pada tahun 2024 mencapai 38.730,15 ton. Namun, pengurangan sampah hanya 945,26 ton, sementara yang benar-benar tertangani hanya 13.651,00 ton.

Dengan angka yang mencengangkan dan kondisi lapangan yang semakin tak terkendali, apakah Pemerintah Kabupaten PALI akan terus membiarkan masalah ini berlarut-larut? Atau ini hanya akan menjadi gunungan sampah lain yang dibiarkan menggunung tanpa solusi?. (red)